Setelah negara ini merdeka dari penjajahan asing dan berusia 65 tahun, bisa kita lihat semakin lama rasa cinta tanah air dari warga semakin berkurang. negara ini telah berubah cara menjalankan pemerintahannya sebanyak tiga kali yakni, orde lama, orde baru, dan reformasi demokrasi. bila kita tilik lebih dalam setiap pergantian itu selalu di warnai dengan konflik intern maupun ekstern. mungkinkah orang-orang Indonesia menyukai konflik? sebenarnya itu merupakan pertanyaan yang konyol, tapi itulah kenyataannya, dimana sampai saat ini kita masih belum bisa menerima kelebihan dan kekurangan bahkan yang sudah menjadi hak mutllak kita. Herannya orang dari bangsa sendiri tega menghancurkan bangsanya hanya karena kepentingan segelintir orang yang tidak memiliki rasa cinta damai (cth: Terorisme), pemboman yang terjadi dibeberapa tempat di negara ini dilakukan oleh warganya sendiri. yang telah dicuci otaknya oleh orang-orang pinter membawa kehancuran. Ditambah lagi ada kelompok-kelompok orang atau organisasi-organisasi yang memberikan pemahaman juga pembelanjaran kepada anggota-anggotanya untuk melakukan kekerasan dalam menanggapi sesuatu yang di anggap bertetangan dengan mereka, padahal bila di pelajari itu hanya pemahaman sekolompok orang kecil saja dan tidak dapat membawa pemahaman itu atas nama bangsa atau negara ini. bangsa ini besar karena dari wilayahnya saja dari sabang sampai merauke juga dari rote sampai miangas, plus bangsa ini terdapat banyak suku, ras dan agama. jadi tidak bisa hanya karena kepentingan kelompok atau individu terus mengatas namakan bangsa atau negara. itu terlalu bodoh bila memandang seperti itu. ada semboyan yang mengatakan "sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlwannya". apakah itu ada dalam bangsa kita sekarang? dari pengamatan saya, sepertinya mulai luntur dari pandangan orang-orang di bangsa ini, sebab seperti pepatah mengatakan "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang artinya bila pemimpin kita melakukan hal yang tidak baik maka warganya pun akan melakukannya lebih buruk dari pada pemimpinnya. lihat saja masihkah pemimpin kita menghargai pahlawan kita? walaupun mungkin tidak semuanya tapi banyak pemimpin kita yang lupa bahkan tidak menghargai perjuangan para pahlawan kita dalam merebut kemerdekaan bangsa ini. Dimana tujuan dari para pahlawan-pahlawan kita dulu ialah membawa negara ini terbebas dari penjajahan dalam bentuk apapun ,oleh siapapun, dan itu dilakukan untuk kesejahteraan dan untuk kepentingan semua warga negara bukan untuk segelintir orang. pemimpin yang kita miliki sekarang sepertinya lupa apa yang menjadi harapan para founding father kita, sehingga yang mereka lakukan hanyalah kepentingan pribadi, kelompok bahkan yang sering terjadi adalah untuk kepentingan partai. padahal merka menjadi pemimpin karena pilihan rakyat tapi apa yang jadi setelah mereka memimpin, "seperti kacang yang lupa kulitnya". hai orang-orang lihatlah kebijakan yang mereka ambil, apakah memihak kepada rakyat kecil? tidak !, semua hanya dirasakan enak oleh kalangan borjuis. negara ini kaya dengan apa yang ia punya, SDA, maupun SDM sangat berlimpah. namun apa yang menyebabkan negara ini miskin yaitu kepentingan kalangan borjuis yang di bawah oleh pemimpin-pemimpin kita. saya sangat prihatin dengan kebijakan melakukan kerjasama bilateral dengan negara-negara luar. mengapa negara ini harus memilih-milih dalam melakukan kerjasama, memang kita harus melihat keuntungan yang didapatkan oleh negara ini. tapi realitanya kita malah melakukan kerjasama dengan negara-negara yang merugikan kita dan malah menganggap remeh negara kita. tak tahu mengapa pemimpin kita harus plin-plan dalam mengambil kebijakan. seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu, kebijakan yang diambil malah bertentangan dengan asas keadilan dalam hukum, di saat presiden memberikan grasi kepada seorang terdakwa kasus korupsi, padahal bila kita bandingkan mengapa mantan presiden RI yang ke-2 tidak deberikan grasi oleh presiden saat dia dituntut di pengadilan. padahal itu mirip walaupun tidak sama. tapi dalam hal ini cobalah diterapkan teori hukum yang diperkenalkan oleh Aristoteles yaitu teori etis yang ditulis dalam bukunya yang berjudul " Rhetorica and Ethica Nicomachea". tujuan teori ini semata-mata untuk mewujudkan keadilan. keadilan disini ialah Ius suum cuique tribuere yang artinya memberikan kepada seseorang apa yang menjadi bagian atau haknya atau slogan lengkapnya berbunyi Iustitia est constant et perpetua voluntas ius suum cuique tribuere ( Salman Soemadiningrat, pengantar ilmu hukum, 2003 : 23). Atau bisa disebutkan dengan teori keadilan distributif. Kita tahu bersama walaupun Presiden RI yang ke-2 itu "otoriter" dalam pemerintahannya tapi banyak yang ia perbuat untuk memajukan negara ini sampai negara ini menjadi salah satu negara kuat di asean. tapi sampai dia meninggal dia tidak pernah diberikan grasi. peristiwa yang paling update ialah ada seorang perwira TNI mengkritik pemerintahan dalam tulisannya di sebuah koran nasional. sebenarnya kritik itu bagus karena bertujuan untuk membangun tapi tergantung kepada orang yang menanggapinya apakah dia dewasa dalam bepikir atau tidak! ia mengatakan dalam tulisannya apa yang ia rasakan dan lihat. jadi apa salahnya, sama seperti yang saya lakukan ini saya menulis sesuai apa yang saya lihat dan dengar.
Wahai Pemimpin ku berpihaklah kepada rakyat yang memilih mu.
Engakau disana karena kami
Wahai warga bangsa Indonesia yang kaya dengan pemikir pejuang, pejuang pemikir. janganlah takut dalam mengekspresikan apa yang kita lihat dan rasakan asalkan masih dalam batas kewajaran.
hiduplah bangsa ku, majulah bangsa ku dari keterpurukan ini, kami warga mu siap membangun engkau untuk menjadi yang terhebat di muka bumi ini.
Merdeka................ Merdeka.................... Merdeka...................
Hidup Mahasiswa !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"Indonesia jangan menjadi negara yang plin-plan dalam mengambil kebijakan apapun itu"
Tri Kyoshiro Sasuke
Category:
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
0 komentar:
Posting Komentar